Jumat, 24 Februari 2017

BERAWAL DARI BUKU

Tepatnya ketika zaman Dinasti Abbasiyah, yang sebelumnya di masa Bani Umayyah Seni,pikiran dan kebudayaan serta peradaban menjadikan umat muslim berkembang kemakmurannya.

Dinasti Abbasiyah melanjutkan secara maksimal apa yang menjadi sebab kemakmuran umat muslim era Umayyah. pada zaman tersebut mendirikan perpustakaan besar besaran yang di sebut dengan Perpustakaan Baitul Hikmah.

Tugas perpustakaan ini menerjemahkan karya penulis yunani. Dua abad pertama Abbasiyah umat islam di kenal sebagai zaman ke emasan.
Selanjutnya bangsa Indonesia, pendiri bangsa Indonesia kalangan Nasionalis seperti Sukarno,Hatta, Sjahrir dan Tan Malaka, sedangkan kalangan Agama seperti Wahid Hasyim,Kyai Bagus Hadikusomo, dll. Mereka ini adalah pahlawan bangsa Indonesia yang secara karakter dan watak pemikiran di bentuk oleh buku. Bukan pada pendidikan. Karena pendidikan pada zaman mereka hanya sebagai hadiah dari Belanda karena system culturstelsel : Politik Etis. Lulusan sekolah sekolah Belanda hanya mencetak seseorang untuk menjadi ambtenar yang harus tunduk terhadap perintah Belanda, menjadi juru ketik,pengantar pos dan lainnya.  Yang di bentuk bukan pada tatanan nalar dan otaknya tapi kepatuhan.

Tokoh yang di sebutkan di atas, adalah tokoh yang sehari-hari bergelut dengan buku. Sukarno yang masa ngekos di tempat Tjokroaminoto sudah mengenyam pemikiran pemikiran barat dari buku yang di pinjamkan oleh Tjokroaminoto. Bung Hatta dan Sjahrir yang pada masa pembuangan di Digul dimana tempat yang sarat akan malaria,menyeramkan dan dapat membuat orang menjadi halusinasi bisa terselamatkan karena Hatta dan Sjahrir dapat resep dengan membaca buku. Bahkan Kyai Wahid Hasyim umur 15 tahun matanya menjadi hitam hingga harus menggunakan kaca mata karena buku. Dan Kyai Wahid Hasyim pun menyerukan sarat orang di katakan pelajar adalah membaca buku 1 hari 5 jam.

Mereka semua adalah contoh bahwa untuk membangun sebuah negara hanya dengan buku. Daerah yang membangun negaranya bukan berawal dari buku layaknya membangun istana pasir. Nonsense. Dua factor di atas lah yang menginspirasi lahirnya Gerakan Situbondo Membaca untuk bergerak dalam dunia literasi. Atas dasar keilmuan lah umat islam mendapatkan masa kejayaannya, pun demikian dengan kondisi bangsa Indonesia.

Mengajak orang lain untuk membaca buku bukanlah pekerjaan mudah di saat media social menjangkiti setiap pelajar Situbondo. Pelajar situbondo lebih suka berlama lama di media social di banding buku. Buku membuat mereka menjadi ngantuk ketika membaca 5 menit. Itu yang sering di katakan orang orang dengan saya.

Tapi keputusan sudah di ambil untuk bergerak di bidang literasi. Membaca kita ambil sebagai sebuah gerakan untuk menyiapkan generasi masa depan. Karena membaca adalah aktivitas mudah untuk masa depan yang semakin sulit. Tapi membiasakan diri terus menerus membaca buku adalah sulit. Karena hal itu tidak di tanamkan dari keluarga dan pendidikan sekolah maupun kampus.

Generasi pelajar situbondo lebih bangga membawa gadget, laptop dan alat elektronik di banding membawa sebuah buku. Mereka menganggap dengan membawa gadget dan semacamnya itu adalah modern. Oh tidak, modern itu adalah otak, bukan gaya hidup.

Orang jenius itu ada batasnya, sedangkan orang bodoh tidak ada batasnya. Sekian terima kasih.

Imam Sofyan
(Koordinator Gerakan Situbondo Membaca)

Previous Post
Next Post

0 Comments:

Silahkan berikan komentar/tanggapan Anda mengenai info ini. semoga bermanfaat. Salam IWStimewa